Selasa, 29 Maret 2016

Seni Budaya - Tari


APRESIASI KARYA SENI BERPASANGAN ATAU KELOMPOK NUSANTARA

A.    Jenis-jenis Karya Seni berpasangan atau kelompok  Nusantara
Seni tari berpasangan/berkelompok adalah bentuk penampilan tari yang ditarikan secara  berpasangan, gerak tarinya saling mengisi dan melengkapi, dan ada interaksi antara penari yang satu dan penari pasangannya, sehingga terdapat respon.
            Dalam seni tari Nusantara dikenal juga jenis tari tunggal, tari berpasangan, tari kelompok dan sendratari.
            Jenis tari berpasangan atau kelompok Nusantara yang begitu beragam pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok berikut ini :
  1. Tari Ritual
  2. Tari Keprajuritan
  3. Tari Perang
  4. Tari Pergaulan
Berikut ini beberapa contoh Tari Berpasangan atau Kelompok Nusantara :
  1. Tari Kancet Papatay dari Kalimantan (Dayak Kenyah)
  2. Tari malinting dari Lampung
  3. Tari Dolalak dari Jawa Tengah
  4. Tari Zafin dari Betawi
  5. Tari Oelg Tambulilingan dari Bali
  6. Tari Molulo dari Sulawesi Selatan
  7. Tari Srimpi dari Jawa Tengah
  8. Tari Bondhan dari Jawa Tengah
  9. Tari Golek Manis dari Jawa Tengah
  10. Tari Golek Kanya dari Jawa Tengah
  11. Tari Mani Puren
  12. Tari Merak dari Sunda dan Bali
  13. Tari Pendet dari Bali
Tari pada dasarnya merupakan pengekspresian gagasan dalam bentuk gerak tubuh. Karena itu setiap gerak ritmis tubuh manusia menjadi symbol atau lambing suatu maksud. Unsur-unsur gerak, baik gerak bagian tubuh maupun gerak tubuh, tersebut terangkai menjadi satu kesatuan untuk mewujudkan suatu gagasan  atau tema. Tema tersebutlah yang kemudian biasanya digunakan sebagai nama sebuah tarian.
Beragam tema dapat dibuat dalam tarian, misalnya seperti di bawah ini :
  1. Cerita tentang jenis binatang
Contohnya tari merak, tari kijang, tari garuda, dan sebagainya.
  1. Cerita tentang suatu peristiwa
Contohnya tari perang, tari penyambutan tamu, dan sebagainya
  1. Cerita tentang seorang tokoh
Contohnya tari gatotkaca, tari klomo, tari panji, dan sebgainya
  1. Nama sebuah benda yang dijadikan properti tari
Contohnya tari lilin, tari panah, tari payung, tari lenso dan sebagainya.
B.     Keunikan Seni Tari Berpasangan atau Kelompok Nusantara
Seni tari di Indonesia sangat beragam, baik dari segi gaya, gerak, maupun fungsinya. Keanekaragaman ini disebabkan oleh setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing.
Ciri khas/khusus tersebut dapat dilihat dari hal-hal berikut ini :
1.      Busana dan tata rias
2.      Alat yang digunakan
3.      Gerakan yang mendominasi
4.      Musik pengiring
Berikut ini beberapa contoh ciri tari berpasangan atau kelompok daerah di wilayah Nusantara :
  1. Tari Kancet Papatay / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan berperang melawan musuhnya. Gerkan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti pekikan si penari. Dalam tari ini penari menggunakan pakaian tradisional suku dayak Kenyah lengkap dengan peralatan perang seperti mandau, perisai, dan baju perang.
  1. Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Jika tari Kancet Papatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis sebagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Penarinya menggunakan pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dan pada kedua belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong sehingga disebut juga tari gong.
  1. Tari Kancet Lasan
Tarian ini menggambarkan kehidupan sehari-hari burung enggang, yaitu burung yang dimuliakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah. Karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari ini merupakan tari tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerakannya dengan kancet ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung enggang.
  1. Tari Tor-tor
Tari tor-tor adalah sebuah tarian dari daerah Batak yang merupakan tarian khas dengan gerakan tangan dan badan. Pada zaman dahulu tor-tor berfungsi sebagai pengisi acara adapt dan keagamaan (keyakinan nenek moyang sebelum adanya agama Islam).
5.      Tari Zafin
Tari ini berasal dari Betawi.Tari ini lahir dan berkembang di bawah pengaruh persebaran Islam yang berkembang di Nusantara. Zafin berasal dari bahasa Arab, zaf dan zaf’ain yang berarti berdua,yaitu orang yang melangkah secara berirama dalam bentuk tarian. Fungsi tari ini adalah sebagai sarana upacara keagaaman dalam agama islam.
  1. Tari Tanggai
Tari tanggai merupakan salah satu tarian tradisional dari daerah Sumatera Selatan. Di dalam membawakan tari tanggai para penari menggunakan aksesoris berupa kuku panjang yang terbuat dari perak yang dipasang diujung jari para penari.
  1. Tari Gandrung Banyuwangi
Gandrung Banyuwangi berasal dari kata “gandrung” yang berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan dalam bahasa Jawa. Gandrung sering di pentaskan pada berbagai acara seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan, dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan ini dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00). Tata busana penari gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaan Blambangan) yang nampak.
  1. Tari Oleg Tambulilingan  Bali
Tari Oleg Tambulilingan  di Bali sangat erat dengan perkembangan budaya masyarakat Desa Ketapian, Denpasar. Tari ini merupakan tari berpasangan dengan gerakan-gerakan yang sangat lincah. Tari ini dipertontonkan sebagai hiburan dalam berbagai acara, seperti pernikahan dan penyambutan tamu
9.      Tari Malinting
Tari ini berasl dari daerah Lampung,tepatnya daerah Malinting, Lampung Tengah, tari ini merupakan tari pergaulan antarmuda-mudi di daerah tersebut, yang ditujukan untuk menghibur anggota keluarga atau warga yang mgadakan persta pernikahan.
10.  Tari Dolalak
Tari ini lahir dan berkembang di Dukuh Sejiwan, Desa Trirejo, Kecamatan Loano (Jawa Tengah). Nama tarian ini di ambil dari kata do - la –la (1-6-6), yaitu ucapan notasi tangga nada diatonic yang sering dilagukan oleh para serdadu pribumi saat Belanda menjajah Purworejo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered by Blogger. Blogger Template by Intikali.org. Supported by Iskael and BlogSpot Design.